Tempat yang Nyaman Belum Tentu Aman Hati-hati dengan Predator Pedofil




Salam Orang Tua Berkilau
Wulan adalah seorang ibu dari dua orang anak . Ia seorang ibu yang sangat memperhatikan anak-anaknya.  Wulan selalu menghabiskan waktunya untuk menjaga kedua anaknya, mulai dari mengurus kebutuhan keluarga hingga antar jemput keduanya.  Hampir 24 jam Wulan selalu ada untuk kedua anaknya kecuali   weekend atau liburan saat sesekali kedua anaknya menginap di rumah oma mereka. Belum lama ini Wulan mengalami cobaan besar. Hatinya sangat hancur saat Rayhan putra pertamanya menceritakan hal yang dialami selama 2 tahun terakhir.  Rayhan mendapatkan tindak pelecehan seksual.  Pelecehan seksual yang terjadi pada Rayhan tergolong kasus pedofil, karena si pelaku  berusia dewasa dan Rayhan sendiri masih berusia 10 tahun. Hal lain yang membuat Wulan lebih syok adalah pelakunya keluarga dari ayah Rayhan dan ia melakukan aksi bejadnya di rumah omanya, saat Rayhan menginap.
Ilustrasi

Di Indonesia Kasus Pedofilia mulai banyak diperbincangkan sejak tahun 2014 saat mencuat kasus Emon Sang Predator di Sukabumi yang memakan korban lebih dari 100 anak.  Lalu apa itu Pedofilia?  Pedifilia adalah kelainan psikoseksual yang terjadi pada orang dewasa atau anak yang beranjak dewasa dimana   yang memiliki ketertarikan atau “nafsu”  terhadap anak kecil atau anak di bawah umur. Orang yang menginap pedofilia disebut pedofil dengan usia minimal 16 tahun.  Pedofilia adalah penyakit yang kebanyakan “diderita” oleh laki-laki namun tidak menutup kemungkinan diidap pedofil  juga oleh perempuan. Secara fisik cukup sulit untuk mengenali ciri pengidap pedofil.  Orang tua harus jeli dan aktif  dalam mengenali predator yang mengincar anak anak.
Para predator biasa melakukan 2 tahapan yaitu tahap grooming atau  membuka akses untuk dekat dengan anak dan silenting atau meminta korban untuk diam dan merahasiakan perbuatannya. Berikut ini adalah tahapan yang biasa dilakukan oleh para predator dalam mengejar mangsanya. 


Grooming atau proses pendekatan
1. Membuka akses untuk mencoba dekat dengan anak.
Orang tua perlu waspada saat seseorang (remaja atau dewasa) mencari  cara mendekat pada keluarga atau anak-anak kita.  Mereka bisa menggunakan berbagai cara untuk bisa dekat dengan anak-anak. Bisa bekerja di rumah si anak, menjadi sahabat orang tuanya, menjadi orang yang selalu siap membantu keluarga  atau menjaga anak dan lain sebagainya.

2. Hadiah dan perhatian tanpa waktu dan alasan yang tepat
Predator biasanya senang memberi hadiah pada anak-anak calon korbannya untuk  menarik perhatian.  Untuk itu orang tua harus waspada bila  anak kita mendapat hadiah tanpa alasan event tertentu, misalnya ulang tahun.  Kita juga harus waspada saat ada orang yang menjaga atau nawarkan diri merawat anak  saat orang tuanya sibuk., mengantarkan ke wc, mengajak bermain dan sebagainya. Tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mencari cara agar dapat berdua dengan anak.

3. Peka
Orang tua harus cukup peka menanggapi “ocehan”anak.  Biasanya pada tahapan pendekatan ini anak yang sudah mulai masuk dalam proses jeratan pendekatan anak yang mulai masuk dalam perangkap biasanya akan mulai merasa nyaman dan melihat figure predator sebagai seseorang yang pantas dikagumi.  Orang tua perlu peka saat anak kita mulai memuji atau membanggakan seseorang yang jauh lebih dewasa dari nya yang menurutnya istimewa.  Termasuk orang orang yang memberkan hadiah atau perhatian bagi anak.

Tahap Silenting
Pada tahapan silenting ini biasanya pelaku meminta korban untuk diam dan merahasiakan perbuatannya.  Bentuknya bisa pengancaman  dengan dalih macam-macam. Anak yang berada dalam tahapan ini besar kemungkinan tidak mempunyai keberanian untuk bicara jujur tentang apa yang dialaminya.  Namun sebagai orang tua kita perlu lebih jeli melihat perubahaan-perubahan yang terjadi Berikut beberapa ciri anak berada dibawah tekanan atau ketakutan. 
1. Anak lebih pemurung, sering melamun  seringkali merasa tidak nyaman namun tidak temukan alasan ketidaknyamanannya bahkan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya.
2. Semangat belajar turun, malas ke sekolah, tidak bisa konsentrasi  saat belajar bahkan
3. Terjadi perubahan sikap menjadi lebih agresif, emosinya naik turun.   Anak menjadi mudah sekali marah, kasar, suka menendang atau memukul, berteriak hingga menggigit. Biasanya mereka melampiaskan kemarahannya pada anak-anak yang lebih muda usianya.
4. Perubahan pola tidur pada anak.  Anak sering sulit tidur, sering terbangun secara tiba-tiba, mengigau, berteriak atau marah dalam tidurnya.
5. Anak sering mengalami sakit yang berhubungan dengan pencernaan akibat perubahan pola makan.  Anak yang berada dalam tekanan biasanya pola makannya sering berubah. Kadang ia makan sangat berlebihan kadang sebaliknya nafsu makannya menurun hingga tidak mau makan, akibatnya mereka sering mengalami sakit perut, diare hingga magh 
6. Anak  tiba-tiba sering  mengompol  atau buang air besar di celana, padahal sebelumnya sudah tidak dilakukannya lagi.
Bila anak mengalami 6 ciri diatas dan ditambah 4 ciri-ciri dibawah ini, kemungkinan besar anak adalah korban pedofil.  Berikut ciri selanjutnya :
1. Anak menunjukkan tanda tanda berada dalam tekanan  ketakutan (seperti penjelasan di atas)
2. Terdapat luka, memar atau lecet  yang tidak jelas penyebabnya terutama di bagian tubuh yang tertutup baju
3. Merasa takut pergi ke tempat tertentu.  Tempat tertentu biasanya merupakan tempat kejadian perkara sehingga anak mengalami trauma atau takut bila harus  kembali ke sana.  Bisa juga suatu saat ia menunjukkan ketakutan yang berlebihan  yang muncul tiba-tiba.  Ini biasanya akibat dari tekanan yang ia dapatkan dari si pelaku
4. Korban Pedofil biasanya menunjukan prilaku seksual yang tidak wajar.  Kadang ia ingin menyentuh orang lain atau ingin orang lain menyentuhnya. Ia juga sering memegang alat kelaminnya atau mengatakan dan berprilaku yang mengarah pada kata-kata atau hal yang mengarah pada seks yang tidak wajar bagi anak seusianya.
Apa yang harus orang tua lakukan agar anak terhindar menjadi korban para predator pedofil
1. Sedini mungkin memberi tahukan mereka bagian-bagian tubuh yang mana yang tidak boleh disentuh , kecuali oleh ibunya saat membantunnya mandi.  Ada sebuah lagu dengan nada pelangi-pelangi dengan lirik: inilah tubuhku kankujaga slalu, tak boleh disentuh tak boleh diganggu, hanyalah ibuku dan juga diriku yang boleh melihat atau menyentuh.  Bila anak bertenya jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Misalnya pada saat dokter menyentuhnya untuk keperluan pemeriksaan. 
2. Mengajarkan anak untuk berani menolak atau mengatakan tidak  bila ada orang yang menyentuh dan membuat mereka merasa tidak nyaman, apalagi mengajaknya pergi ke suatu tempat tanpa orang tua. Walaupun yang melakukannya orang yang mereka kenal sebelumnya. Ajarkan juga anak untuk tidak mudah menerima hadiah dari orang lain apalagi dengan imbalan tertentu. Ajarkan juga untuk tidak mau diajak pergi oleh orang lain yang tidak dikenal
3. Pasang  mata dan telinga bila ada seseorang yang berprilaku tidak wajar di lingkungan sekolah atau rumah. Ajaklah orang tua lainnya untuk bersama-sama mengawasi atau mengamati demi keselamatan anak.
4. Mengajarkan  anak  rasa malu. Orang tua sebaiknya membiasakan mengganti baju anak di ruangan terbuka yang dapat dilihat orang lain. Biasakan mengganti baju di toilet atau ruang ganti. Bahkan bila sedang di pantai atau di kolam renang.  Ini akan  membuat anak akan menolak bila ada yang memintanya membuka baju
5. Bijak menggunakan media sosial. Sebisa mungkin tidak memposting foto atau video anak, terutama saat dia tidak berpakaian. Jangan berbagi identitas anak, di mana sekolahnya dan informasi lainnya di medsos.
Demikian beberapa ciri yang dapat dijadikan pegangan bagi orang tua dalam melindungi anaknya. Semoga bermanfaat dan tetaplah menjadi orang tua yang menyenangkan yang selalu hadir dalam setiap tahapan kehidupannya.


#OrangTauHebatOrangTuaTerlibat
#KeluargaPeduliPendidikan
#IbuBerkilau
#KerLiPParenting
#iKerLiP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar