Salam Berkilau.
Rani memiliki idola bernama Salsa.
Salsa seorang “selebgram”, yang memiliki banyak follower. Rani
sangat mengidolakan Salsa. Ia selalu mengikuti kegiatan Salsa melalui
Instagramnya. Suatu kali untuk kesekian kalinya Salsa tersandung kasus foto topless atau foto bugil yang
mengakibatkan ia dikeluarkan dari sekolahnya. Apa yang terjadi pada Rani?
Mengambil pelajaran untuk tidak melakukan hal yang sama karena dapat
mengakibatkan dikeluarkan dari sekolah?
Sayangnya tidak. Rani justru melakukan hal yang sama dan iapun terpaksa
dikeluarkan dari sekolah.*(ilustrasi berdasarkan kisah nyata dengan penggantian nama tokoh)
Hampir semua anak memiliki sosok idola siapapun itu. Bila idola mereka ayah dan bundanya, kakak atau masih ada
hubungan saudara kita tidak perlu terlalu kuatir. Lalu bagaiman jika yang
menjadi idola adalah orang yang sama sekali kta tidak kenal bahkan tidak
terjangkau oleh kita ? Tidak masalah
bila tokoh yang diidolakan sosok BJ Habibie, Chairul tanjung, Nadiem
Karim, Sri Mulyani, Merry Riana, Najwa Shihab, atau tokoh dunia misalnya steve
jobs, Malala Yousafzai, dan
seabagainya.
Lalu bagaimana jika anak anak kita mengidolakan “sosok yang salah”?
Banyak anak yang memilih “idola yang salah”. Sayangnya anak-anak tetap mengagumi idolanya
bahkan mereka melakukan apa yang idolanya lakukan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Melarangnya
atau membiarkan ?
Ada beberapa hal hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif
yang mungkin dilakukan anak terhadap idolanya
1. Mencari tahu siapa Idola anak kita
Tidak semua anak terbuka menceritakan siapa
idola mereka. Bisa karena perbedaan
generasi dan anak kita menganggap orang
tua sudah berbeda zaman, atau karena anak menyadari idola mereka tidak akan
disukai oleh kita. Orang tua perlu
mencari cara untuk mengetahui siapa idola anaknya. Bisa dilakukan dengan
mencari tahu melalui media sosial seperti instagram. Biasanya anak-anak akan rutin memberi”like”
pada seseorang yang menjadi idola mereka. Bisa juga dengan memancing melalui
pembicaraan santai.
2. Mencari tahu apa alasan anak kita mengidolakannya
Orang tua harus mengetahui apa alasan anak suka pada sang idola. Tidak ada
salahnya kita memanfaatkan sosmed untuk seperti instagram untuk mengetahui
aktivitas, latar belakang, prilaku dan kehidupan sang idola sehingga kita dapat
menganalisa dampak apa yang mungkin
berpengaruh bagi anak kita.
3. Pembicaraan Tentang Idola
Orang tua perlu sesekali terlibat pembicaraan yang membahas idola anak tentunya setelah kita mencari tahu
tentang sosoknya. Dari pembicaraan ini
orang tua bisa mengetahui sejauh apa “kecintaan” anak kita pada idolanya. Inilah saat yang tepat untuk memberi masukan
bila ternyata idolanya memiliki prilaku atau hal yang menyimpang atau sebaiknya
mendukung bila memang berdampak baik
4. Karakter
Saat anak memilih seseorang untuk menjadi idolanya bisa jadi disitulah terjadi
proses pembentukan karakter. Kita harus
memastikan bahwa karakter dari sang idola membawa dampak baik bagi anak anak
kita. Namun bila ternyata karakternya
tidak baik orang tua perlu memberi penjelasan yang dapat diterima oleh anak
5.
Usia dari Sang Idola
Orang tua perlu memperhatikan usia dari sang Idola, karena anak
cenderung meniru apa yang dilakukan idolanya.
Saat seorang anak mengidolakan
sosok yang jauh lebih dewasa darinya
mungkin saja mereka meniru berbagai hal mulai dari penampilan, aktivitas
hingga cara berfikir, yang tidak sesuai dengan usianya. Hal ini dapat mengganggu perkembangannya. Saat
inilah orang tua perlu hadir dan memastikan agar anak-anak berkembang sesuai
dengan usianya.
6. Dunia nyata VS dunia maya
Idola anak kita mungkin saja
bukan sosok yang “nyata”. Mereka tidak
pernah bertemu langsung dengan tokoh idola meraka. Anak kita hanya mengenal dan mengikuti dari
media sosial atau media eletronik. Orang
tua perlu memberi penjelasan bahwa mungkin saja
apa yang Idola mereka tampilkan di medsos atau media elektronik bukanlah
hal yang sesungguhnya mereka lakukan.
Bisa jadi hanya pencitraan saja. Karena bagaimanapun sang idola tidak
akan mau terlihat buruk dimata orang banyak.
7. Budaya, Norma dan Nilai Sosial
Pada saat anak kita mengidolakan seseorang yang memiliki pemahaman norma
, nilai sosial dan keyakinan yang
berbeda tentunya ini akan membuat anak “terjebak” dalam pilihan pantas atau tidak pantas. Orang tua perlu
menjelaskan bagaimana prilaku, aturan yang baik dan tidak baik dimata agama,
norma, nilai sosial dan budaya yang berlaku di masyarakat.
8. Fanatik atau Terobsesi
Tidak ada salahnya anak memiliki idola.
Namun orang tua harus memberi penekanan agar anak tidak fanatik atau terobsesi berlebihan kepada Idolanya.
Anak yang terobsesi dengan idolanya, mau melakukan apa saja demi idolanya.
Akhir-akhir kasus kejahatan seksual yang terjadi, bahkan dilakukan oleh sang idola kepada
‘penggemarnya”
9. Identitas diri
Kekaguman anak pada idolanya bisa membuat mereka kehilangan identitas
diri, baik identitas sebagai dirinya pribadi hingga identitas bangsanya. Misalnya seorang anak yang sangat
mengidolakan artis K-POP mereka akan mencari tahu lebih banyak tentang
Korea.
10.Dampak Psikologi
Hati-hati dengan dampak psikologi pada anak kita. Pada tahap tertentu seseorang yang terlalu
mencintai idolanya mereka akan memasuki tahap terobsesi pada sang idola. Mereka
seakan” masuk” dalam dunia sang idola.
Masuk kedalam dunia sang idola
dapat mengakibat emosi yang tidak terkendali.
Anak bisa menjelma menjadi “Haters” atau mudah membenci orang-orang yang tidak menyukai
idolanya. Yang paling berbahasa adalah
mengalami depresi akibat obsesi tentang
idolanya tidak tercapai.
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para orang tua saat
menghadapi putra-putrinya yang memlki Idola.
Semoga bermanfaat dan tetaplah menjadi orang tua yang menyenangkan yang
selalu hadir dalam setiap tahapan kehidupannya.
#OrangTauHebatOrangTuaTerlibat
#KeluargaPeduliPendidikan
#IbuBerkilau
#KerLiPParenting
#iKerLiP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar