Ibu Rumah Tangga Pilihan Karir Yang Membanggakan



Assalamualaikum
Nama saya Ekasari Widyati, saya ibu dari Syahna Rahmah Falihah  (19 tahun) dan Nabila Ishma Nurhabibah (16 tahun). Profesi yang saya jalankan selama 20 tahun ini adalah ibu rumah tangga,  Awal memutuskan berkarir menjadi ibu rumah tangga  bukanlah hal mudah, apalagi saat awal menikah keadaan situasi keuangan keluarga kami belum cukup kuat.  Latar belakang pendidikan sarjana Planologi ITB membuat banyak orang mempertanyakan pilihan karir saya, terutama dari orang tua. Perlu waktu  sampai akhirnya kedua orang tua mengerti dan memahami pilihan saya. Bekerja dan berkarir di luar rumah memang suatu pilihan yang menggiurkan saat itu juga merupakan kepuasaan  yang dapat menaikkan “harga diri” sebagai individu. Berbeda dengan perempuan yang memilih berkarier sebagai ibu rumah tangga. Memilih karir sebagai ibu rumah tangga, seolah tidak ada penghargaan yang pantas disandangnya, selain kepuasan dan rasa beruntung karena memiliki banyak waktu bersama keluarga. Keyakinan bahwa pendidikan yang saya tempuh selama ini tidak sia-sia karena merupakan modal dalam mendidik anak-anak lebih menguatkan tekat saya.
Di Indonesia kebanyakan perempuan yang berpendidikan tinggi masih merasa rugi bila akhirnya berprofesi  menjadi ibu rumah tangga.   Diakui atau tidak anak-anak dari perempuan berpendidikan tinggi malah berada dalam pola asuh  dan didikan para asisten rumah tangga atau  bila beruntung oleh keluarga terdekat. Kalaupun anak anak tersebut pada akhirnya mendapat pendidikan yang berkualitas itu  karena mendapat dukungan finansial yang kuat. Namun tetap akan  berbeda dengan anak anak yang memang sepenuhnya berada dibawah bimbingan ibunya, pola pikir dan jiwa mereka benar-benar duplikasi dari orang tuanya bukan orang lain. Sebagai Ibu rumah tangga,  saya  memiliki  keleluasaan dalam mengajarkan dan menanamkan  nilai nilai agama, etika,  disiplin, pengorbanan, kerja sama dan kesederhanaan di rumah, terutama di masa-masa emas, yaitu pada usia lima tahun pertama masa perkembangan pesat otak seorang anak Bila itu sudah terbangun maka saat anak anak bersekolah, sekolah tidak direpotkan lagi dengan masalah-masalah perilaku anak karena nilai-nilai luhur telah melebur dalam karakter setiap siswa yang mereka “bawa” dari rumah.  Sebagai Ibu saya, selalu dapat secara langsung terlibat dalam membangun  mimpi-mimpi besar, kesuksesan dan kebahagiaan serta berada di sampingnya  saat anak-anak harus mengalami kegagalan. Buat saya semua itu lebih berharga daripada  mengejar karir. Sayapun terus berproses menjadi ibu pembelajar.  Hal tersebut saya lakukan demi kepentingan terbaik kedua anak saya.  Menghabiskan waktu mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tanpa asisten rumah tangga, menemani  anak anak dalam berbagai aktivitas  serta  memotivasi anak-anak untuk meraih prestasi disegala bidang yang disukai, turut hadir  dalam semua proses  menjadi pribadi yang rendah hati namun tangguh  adalah “ keasikan”  yang sayang bila tidak dinikmati.
20 tahun berkarir sebagai ibu rumah tangga adalah proses tumbuh bersama yang luar biasa.  Saya memulai lagi menemukenali siapa saya dengan “jabatan” baru yaitu seorang istri dan ibu. Karena bagaimana mungkin bisa menjadi seorag istri dan ibu yang baik bila saya tidak kenal siapa, apa dan bagaimana saya juga kelebihan dan kekurangan saya.  Semua itu saya jalankan sebagai bentuk intropeksi untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Anak-anakpun  telah turut berproses dalam mengenali siapa diri mereka dimulai dengan pencarian apa minat dan bakat yang mereka miliki. 
Sebagai ibu saya mendampingi anak dalam proses tersebut. Saya termasuk ibu yang  yakin setiap anak itu memiliki kecerdasan yang berbeda. Karena itu, pasti setiap anak  akan belajar dan menguasai suatu bidang dengan cara yang juga berbeda. Saya mempunya cara sendiri  untuk mengetahui minat dan bakat  anak-anak. Sejak kecil saya memberikan  kesempatan keduanya untuk mengeksplorasi  berbagai macam hal baru dengan cara yang menyenangkan. Trend saat ini, orang tua banyak ditawarkan berbagai tes untuk mengetahui minat dan bakat anak.  Berbagai metode menarik  ditawarkan satu paket dengan aneka kursus sebagai penunjang bakat anak, seakan yang sayang dilewatkan.  Saya sendiri termasuk orang tua yang tidak   mudah tergoda  mencoba berbagai tes dan mengikuti berbagai les, apalagi mengingat biaya yang harus dibayar tidaklah sedikit. Saya perlu berfikir berkali-kali karena  keperluan keluarga sehari-hari cukup banyak, dan dari segi keuangan belum memungkinkan. Saya memutuskan untuk menggunakan cara yang paling pas buat kami. Keputusan itu kami ambil atas dasar keyakinan bahwa  yang paling  mengetahui minat dan bakat anak adalah kami orangtuanya karena selalu bersama mereka. Sayapun memutuskan untuk mencoba jalur lain yang tidak memberatkan terutama dalam hal keuangan. Saya ingat betul sejak masih di Taman Kanak-kanak,  Syahna dan Nabila sering  mengikuti berbagai kompetisi dan kegiatan. Tujuannya bukan untuk keluar sebagai pemenang namun lebih  untuk mengetahui jenis kegiatan apa yang mereka sukai, berani tampil di depan orang banyak serta melatih kekuatan mental. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya saya dapat melihat  arah pilihan Syahna  dan Nabila. Keduanya memiliki beberapa kecerdasan dan pilihan yang cenderung berbeda. Alhamdulilah saat ini mereka telah mencapai proses mengenali diri mereka dan membuat target pencapaian serta menentukan cita citanya di masa depan.  Berbagai kegiatan dan  penghargaan tingkat kota hingga international telah mereka raih. Menjadi bagian dalam kepengurusan di organisasi tingkat sekolah, kota  hingga nasional membuat mereka dapat membuka jaringan dan membangun relasi  sendiri.   Satu hal yang selalu saya lakukan pada anak-anak adalah menunjukkan bahwa saya menghargai kerja keras  dan proses yang mereka lalui bukan hanya hasil  akhir, karena kerja keras adalah pembelajaran yang berharga bagi anak kita.
Dalam menjalankan aktivitas yang padat tentunya dibutuhkan stamina yang prima, dan  kami memilih rutin berolahraga. Olahraga adalah salah satu  cara untuk menghilangkan berbagai masalah dan kejenuhan. Kami berikan pandangan pada anak-anak bahwa, lapangan olahraga adalah tempat bermain mereka,  jadi nikmatilah tiap detik waktu berolahraga dengan rasa senang.   Saat masih di bangku Sekolah Dasar keduanya sama sama mengikuti olahraga beladiri jit kun do.  Kami sepakat mengenalkan olahraga beladiri dengan harapan mereka dapat menjaga diri karena sebagai orangtua, kita  tidak bisa selamanya mengawasi anak-anak. Ada saatnya mereka berada diluar pengawasan kita.  Menjelang masuk SMP anak-anak  mulai beralih mencari olahraga lain yang menjadi pilihan mereka.  Syahna memilih olahraga   anggar sedangkan Nabila memilih panahan. Dengan berbekal dasar-dasar beladiri secara fisik keduanya tidak perlu menjalani penyesuaian yang lama. Pemilihan  kedua jenis olahraga yang terbilang mahal ini bukan tanpa resiko.  Di tengah keterpurukan ekonomi keluarga karena masalah pekerjaan, tidak menyebabkan kami mundur dari olahraga yang anak-anak pilih.  Pada awal mulai latihan anak-anak meminjam alat-alat yang ada di tempat latihan.  Seiring berjalannya waktu, kelengkapan alat-alat  mereka dapatkan dari uang saku dan hadiah keikutsertaan dalam berbagai event pertandingan. Menikmati kegiatan olahraga dan bermain tanpa beban  membuat keduanya berprestasi di berbagai kejuaraan. Cukup banyak medali yang telah keduanya dapatkan dari berbagai pertandingan. Kemampuan bermain anggar Syahna semakin meningkat saat ia mendapatkan kesempatan berlatih selama 1 tahun saat mengikuti pertukaran pelajar ke Hungary. Ini menjadi bekal dalam mengikuti PORDA 2018 nanti. Olahraga mengajarkan keduanya lebih disiplin, sabar dapat mengolah emosi, tanggung jawab, konsisten, bekerja keras, siap menerima kekalahan, tidak sombong saat menang, berteman dan bergaul, mengelola uang saku, serta managemen pembagian waktu. Selain itu juga yang tidak kalah penting adalah kekuatan mental dan keyakinan bahwa kekalahan  membuat kita kuat. Karena  kekalahan sebenarnya adalah sumber energi terbesar yang suatu saat akan mngantarkan kita mencapai suatu tahap yang tidak terbayangkan.
Sebagai orang tua rasa sayang pada anak membuat kita merasa perlu selalu memastikan anak-anaknya berada di lingkungan yang aman dan nyaman dalam  melakukan aktivitas rutin.Tanpa disadari  menempatkan anak di zona nyaman membuat anak-anak kita  hanya tahu dan melakukan hal itu-itu saja. Itu berlangsung bertahun tahun. Bosan? Ya dan tidak. Kesadaran baru timbul saat kemungkinan zona nyamannya sudah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman. Berdasarkan hal tersebut sejak kecil saya mulai mengajarkan anak-anak keluar dari zona nyaman. Dengan berpegang pada norma dan tatakrama serta etika yang berlaku, saya beri kesempatan mereka untuk bergaul dengan teman-teman  diluar zona nyaman mereka.  Misalnya bermain dengan teman yang berbeda sekolah, berbeda  status ekonomi keluarga (lebih mampu atau kurang mampu), anak-anak berkebutuhan khusus atau sebaliknya, anak kurang beruntung, anak yang bermasalah dengan hukum,  anak-anak lain diluar lingkungan sekolah, mendatangi lingkungan yang berbeda.  Keluar dari zona nyaman bukanlah hal mudah, perlu keberanian dan “kekuatan”.  Manfaat keluar dari zona nyaman yang dirasakan kedua anak saya antara lain, merasa lebih baik, wawasan lebih terbuka dan menemukan banyak hal baru, dihargai orang lain, semakin kuat keyakianan akan diri dan potensinya, membuat diri mereka semakin kuat serta siap jatuh dan bangkit untuk lebih baik, lebih menghargai proses dan menambah teman dan pengalaman.
Hal terakhir yang merupakan bagian terpenting yang selalu saya tanamkan pada anak-anak adalah agama dan keluarga. Anak-anak harus yakin bahwa Allah akan selalu dekat dengan kita selama kita istiqomah di jalanNya, melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.   Selain itu saya juga selalu ingatkan bahwa keluarga tidak akan  pernah berubah dan akan selalu ada bila dibutuhkan. Kedekatan keluarga selalu kami jaga.  Saling menghargai, dan menghormati satu sama lain  serta memaafkan kesalahan adalah kunci dari kedamaian dalam keluarga.
Lalu.. nikmat apa lagi yang kau dustakan ? Memilih karir menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu pilihan yang salah atau memalukan.  Lihatlah begitu banyak hal yang dapat kita lakukan dengan leluasa.  Kita bisa tumbuh bersama anak-anak, menjadi bagian terpenting dalam kehidupan mereka. Jadi jangan pernah ragu dan menyesal berkarir sebagai Ibu rumah tangga. Berbahagialah para ibu yang diberi kesempatan oleh suami untuk berkarir sebagai ibu rumah tangga hingga memiliki kesempatan lebih banyak untuk tumbuh bersama anak-anak. Saya bangga menjadi ibu rumah tangga.
Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan karir yang membanggakan.

#OrangTauHebatOrangTuaTerlibat
#KeluargaPeduliPendidikan
#IbuBerkilau
#KerLiPParenting
#iKerLiP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar