Disipilin ialah perasan taat dan patuh terhadap nilai nilai maupun
peraturan yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu ysng menjadi
tanggung jawabnya. Kadang dalam pelaksanaannya disiplin terdapat unsur hukuman
bagi yang melanggar nilai dan peraturan. Penerapam disoplin dapat dilakukan
dengan paksaan namun juga bisa juga dengan sukarela.
Untuk anak usia dini bentuk
disiplin sebaiknya dilaksanakan secara sukarela dan melalui cara bermain. Orang
tua, guru maupun masyarakat yang paling
berpengaruhalam mendiplinkan anak. Namun
sayangnya kekerasan terhadap anak baik dirumah maupun disekolah masih sering
terjadi dengan alasan ingin menerapkan pendipilinan dan pendidikan karakter. Para pelaku kekerasan sering berdalih bahwa yang mereka lakukan adalah cara untuk
mendiplinkan dan membentuk karater baik anak.
Padahal disiplin jelas sekali berbeda dengan kekerasan. Pemahaman yang kurang dari orang tua dan guru
mengenai disiplin telah menjadi penyebab terjadinya kasus kasus kekrasan
terhadap anak. Seringkali orang tua dan
guru menyamakan disiplin dengan
pemberian hukuman dalam bentuk kekerasan.
Contoh kasus penerapan disiplin
yang menjurus pada kekerasan
Di salah satu SMP di Kota Bandung
, peraturan sekolah mengharuskan anak anak untuk sholat Duha setiap hari
sebelum belajar. Pembiasan disiplin
keagamaan yang baik. Menjadi tidak baik
atau salah saat anak anak perempuan yang sedang menstruasi dianggap berbohong
dan mencari alasan. Puncak dari
ketidakpercayaan tersebut adalah dengan membariskan anak anak yang sedang menstruasi, difoto sebagai barang
bukti dan guru perempuan meraba bagian belakang anak anak untuk memasastikan
anak tersebut menggunakan pembalut atau tidak.
Ini sudah prilaku pelecehan dan kekerasan yang dilakukan guru pada anak
didiknya.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan saat menerapkan disipliplin pada anak.
1. Hindari
memberi label pada anak anak saat anak melanggar disiplin. Label nakal misalnya dapat membuat anak anak
yakin bahwa merekan nakal dan mereka akan mengembangkan perilaku mereka sesuai
label
2. Konsistensi. Aturan yang diubah ubah akan membuat anak
bingung sehingga ar=turan tersebut menjadi tidak berarti
3. Orang
tua perlu mengulang aturan berkali kali sehingga anak anak mengikuti aturan
yang sudah dibuat
4. Sebaiknya
tidak menggunakan kata TIDAK atau JANGAN karena akan membuat aturan menjadi
tidak efektif
5. Sekali
kali biarkan anak anak menanggung resiko dari kesalahan atau peraturan yang
dilanggarnya. Dengan cara ini anak akan
belajar dari kesalahnnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar