Menjadi seorang ibu dan memiliki anak merupakan keinginan hampir semua
wanita, bahkan bagi yang baru berencana
untuk membina rumah tangga. Namun seberapa bahagiakah kita dengan
kehidupan yang sekarang kita jalani? Bila
Jawabannya Bahagia…. Pertanyaan selanjunya adalah sebahagia apa …. Untuk skala
1-10
Fakta mengatakan bahwa ibu rumah
tangga dengan anak usia <18 tahun
tingkat stress, rasa sedih, marah serta depresi lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Pengerjaan sehari hari yang berulang,
mulai dari bangun pagi mengurus kebutuhan suami dan anak, antar anak ke
sekolah, cuci baju membersihkan dan membereskan
semua ruangan di rumah, cuci piring, belanja, masak. Jemput anak di sekolah, kembali ke rumah mengerjakan urusan rumah, beres beres rumah
lagi, mencuci piring, menyikat kamar mandi hingga menemani anak belajar dan
ditutup dengan istrahat. Sebelum sempat
merencakan beberapa kegiatan mulai dari bekal anak ke sekolah, rencana ke pasar, masak apa dan lain lain. Semua
pekerjaan rutin dilakukan berulang dan
semua pekerjaan rumah tangga tersebut tidak pernah ada kata selesai. Ibu rumah
tangga seringkali dilanda rasa tidak berguna.
Menjadi ibu rumah tangga yang tidak
bekerja dan menghabiskan waktunya dirumah bukanlah hal mudah, tapi juga bukan
sesuatu yang sukar. Seringkali kita
dengar bahwa menjadi Ibu tidak ada
sekolahnya. Darimana para ibu dapat belajar agar menjadi ibu yang baik, padahal
menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah. Berbagai kendala dan permasalahan akan muncul
secara bersamaan. Namun seiring dengan kemajuan jaman menjadi ibu rumah tangga
harus memiliki ilmu yang cukup. Perlu dipahami menjadi ibu rumah tangga adalah
suatu profesi, maka menjalankannya harus dengan profesional.
Kunci Utama yang harus kita yakini
adalah jangan pernah merasa malu karena tidak bekerja dan berprofesi ibu rumah
tangga. Terlepas berawal dari kesadaran
atau keadaan yang memaksa untuk tidak berkarier, menjadi ibu rumah tangga tidak
bekerja adalah profesi atau karier yang
patut dibanggakan. Saat kita memutuskan menjadi ibu rumah tangga itulah awal
kita sedang meniti karier yang harus dibangun dengan kesungguhan , keikhlasan
serta keyakinan demi meraih
“kesuksesan”. Ibu rumah tangga
adalah karier yang bergengsi dan istimewa yang menghasilkan Investasi di masa
depan.
Dilema yang sering timbul saat
seorang wanita menyelesaikan pendidikannya di jenjang pendidikan tertentu, seperti Sarjana, doktor apalagi lulusan
perguruan tinggi ternama. Harapan besar
biasanya muncul dari kedua orang tuanya
ketika anak menyelesaikan kuliahnya.
Orang tua biasanya menyodorkan , pertanyaan akan bekerja dimana,apa
sudah ikut pendaftaran CPNS? sudah
melamar kerja ke mana saja, mau coba membuka usaha?
Situasi sulit bila jawabannya adalah
“setelah menikah saya tidak bekerja, dan
memilih menjadi ibu rumah tangga”.
Biasanya perlu waktu untuk mendengar komentar dan jawaban dari orang tua
kita. Dan perlu waktu yang cukup lama
juga sampai akhirnya kedua orang tua mengerti dan memahami pilihan kita.
Situasi menjadi jauh lebih berat pada
saat seorang ibu bekerja memutuskan
untuk berhenti bekerja dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
Setiap wanita dilahirkan dengan
potensi, kemampuan dan kepandaian yang
berbeda. Dengan memperoleh
pendidikan yang tinggi tentunya semakin besar peluang untuk turut bersaing
dalam merealisasikan ilmu yang dimilikinya.
Berkarier di luar rumah menimbulkan kepuasaan tersendiri yang dapat
meningkatkan “harga diri” sebagai individu terangkat. Berbeda dengan perempuan
yang memilih berkarier di rumah sebagai ibu rumah tangga. Baginya, seolah tidak ada penghargaan yang
pantas disandangnya selain kepuasan dan merasa beruntung karena banyak waktu bertemu
dan bermain dengan keluarga.Di Indonesia kebanyakan wanita yang berpendidikan
tinggi masih merasa rugi bila akhirnya berprofesi menjadi ibu rumah tangga. Disadari atau tidak anak anak dari wanita
berpendidikan tinggi malah berada dalam pola asuh dan didikan para pembantu rumah tangga atau
baby sitter. Memang tidak bisa dipungkiri anak anak tersebut pada akhirnya
mendapat pendidikan yang berkualitas
karena mendapat dukungan finansial yang kuat. Namun ada yang berbeda
dengan anak anak yang memang sepenuhnya berada dibawah bimbingan ibunya, pola
pikir dan jiwa mereka duplikasi dari orang tuanya. Banyak hal yang dapat
dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga
di rumah, terutama dalam menanamkan pola asuh yang baik pada anak, namun bila tidak memiliki ilmu yang cukup dan
tidak dikelola dengan baik akan menjadi sebaliknya.
Ibu Rumah Tangga di Jepang
Kadang kita perlu bercermin pada Negara lain, salah satunya Jepang . Jepang mengenal apa yang dinamakan Kyoiku
Mama (ibu pendidik) yaitu seorang ibu rumah tangga yan mengajarkan sendiri nilai nilai disiplin,
pengorbanan, kerja sama dan kesederhanaan di rumah, sehingga saat anak anak
bersekolah, sekolah tidak direpotkan lagi dengan masalah -masalah perilaku anak
didik karena nilai-nilai luhur telah melebur dalam karakter setiap siswa sejak
dari rumah.
Motivasi para
wanita Jepang memilih berkarir
sebagai ibu rumah tangga profesional maupun sebagai ibu pendidik adalah untuk
memberikan fondasi nilai nilai pendidikan berperilaku sejak dini kepada
anak-anaknya, terutama di masa-masa emas, yaitu pada usia lima tahun pertama
masa perkembangan pesat otak seorang anak. Seorang pengamat Jepang, Reingold,
mendefinisikan Kyoiku Mama sebagai berikut "She
becomes directly involved in and identified with the child’s succes or failur".
Menurutnya “Para ibu pendidik itu secara langsung terlibat dalam kesuksesan
atau kegagalan anak-anaknya. Para
ibu di Jepang ini memiliki gelar kesarjanaan S1 dan S2 walaupun mereka ‘hanya’
bertugas mengurusi rumah. Mereka berprinsip
pendidikan yang mereka tempuh selama ini tidak akan sia-sia karena
mereka yakin dengan ilmunya mereka dapat
memperjuangkan pendidikan anak-anak mereka. Hal itu lebih berharga
daripada mengejar karir dan cita-cita.
Para ibu di Jepang lebih suka menghabiskan waktu di rumah untuk membuat makan
siang, mencuci dan menyetrika seragam sekolah dan terus menerus memotivasi
anak-anaknya untuk bekerja keras meningkatkan prestasi akademis mereka. Dan
mereka lebih senang disebut sebagai wanita yang sukses dalam mencetak
anak-anaknya yang berhasil, dan bukan sukses dikarier mereka. Mereka sekolah
tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang
tertinggi.
Kiat Sukses Berkarier Sebagai Ibu Rumah Tangga
1. Selalu menanamkan nilai-nilai agama,
budaya,kesantunan, kesederhanaan, moral, etika dan tata karma pada anak dalam kehidupan berkeluarga
2. Komunikasi antar anggota keluarga
terjalin dengan baik
3. Ibu harus mempunyai keinginan
untuk tumbuh bersama anak. Tidak
memposisikan menjadi yang paling pandai, namun harus memiliki keinginan untuk
belajar dari berbagai sumber bahkan dari anak sekalipun
4. Segeralah berubah, jadilah ibu penuh
cinta dan kasih sayang, yang selalu disayangi, dirindukan dan dibutuhkan oleh
anak, bukan orang tua yang ditakuti sehingga
anak lebih nyaman bila bersama orang lain.
5. Dapat “memainkan” emosi. Emosi karena
emosi itu suatu proses alamiah bagi setiap manusia. Amarah, emosi bisa dating
kapan saja dengan pemicu hak kecil sekalipun.
Untuk itulah “memainkan” atau “menyetel” emosi terutama dalam mengahdapi
anak
6. Cerdas dan pandai dalam menilai apa
yang diinginkan dan dibutuhkan serta dapat memisahkan antara obsesi dan ambisi
demi menghindari perlakuan salah pada anak.
7. Biarkan anak berbicara mengungkapkan
keinginanannya, hargai pendapatnya, jangan selalu menyalahkan dan menghakimi
dan beri dukungan penuh dalam meraih apa yang menjadi mimpi-mimpinya.
8. Jadikanlah tempat tinggal kita
menjadi rumah Idaman (indah , damai, aman, nyaman) dimana kita bisa dengan
tenang berkarier dan juga idaman bagi seluruh keluarga terutama bagi anak
Nah jadi tidak ada alasan kan untuk
tidak berbahagian menjadi ibu…..